GUBERNUR SAAT BERBICARA DI GLOBAL OCEAN CONFERENCE HANOI
Senin, 23 Juni 2008
DUNIA MENDUKUNG WOC
“Diplomasi Manado digunakan di Markas Besar Gedung PBB di New York”.
Laporan: Dr Tonny Wagey & Noldy Tuerah, New York.
Seratus dua puluh tiga negara yang tergabung dalam The Eighteenth Meeting of States Parties to the United Nations Convention on the Law of the Sea menyambut dan mendukung pelaksanaan World Ocean Conference (WOC) 2009 di Manado, Indonesia.
Antusiasme para negara-negara sahabat nampak dari ekspresi mereka menanyakan kapan undangan secara resmi akan dikirim oleh pemerintah Indonesia. Pertanyaan ini dikemukanan banyak delegasi peserta Meeting of States Parties to the United Nations Convention on the Law of the Sea pada delegasi Indonesia saat istirahat setelah selesai disampaikan secara resmi oleh delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Dirjen Hukum dan Perjanjian Internasional (Deplu) dan Gubernur Sulawesi Utara dan penyampaian oleh Bapak Gubernur Sulawesi Utara S.H. Sarundajang mengundang secara resmi bagi para peserta sidang untuk menghadiri konferensi Kelautan Dunia di Manado tanggal 11-15 Mei 2009. Bersamaan dengan penyampaian resmi tersebut, dibagikan pada masing-masing ketua delegasi dokumen “Aide Memoire” yang berisi Policy Paper, substansi World Ocean Conference (WOC), skedul acara pelaksanaan, dan brosur.
Penyampaian secara resmi pemerintah Indonesia mengenai Indonesia akan menjadi tuan rumah pelaksanaan World Ocean Conference, 11-15 Mei 2009 pada forum resmi di ruang konferensi I markas besar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) New York pada tanggal 20 Mei 2008 jam 15’00 waktu setempat, atau jam 03’00 subuh Waktu Indonesia Tengah (WIT), “menjadi momentum sangat penting dan bersejarah bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia dan khususnya masyarakat Sulawesi Utara”. Karena WOC adalah idea murni dari Indonesia yang mampu mengkombinasikan dua substansi masalah yaitu kelautan dan perubahan cuaca. Sejauh ini hanya pemanasan global (Global Warming) menyebabkan terjadinya perubahan cuaca sangat ekstrim, yang menjadi perhatian masyarakat dunia.
Bagaimana memahami perubahan cuaca berpengaruh terhadap kelautan, dan peran laut terhadap perubahan cuaca yang akan dibahas khusus pada World Ocean Conference (WOC) menjadi daya tarik tersendiri bagi negara-negara peserta di PBB untuk dapat dipahami bersama, serta dapat dituangkan dalam suatu bentuk deklarasi yang akan disepakati bersama. Kemudian deklarasi tersebut (Manado Ocean Declaration) dapat ditindak lanjuti di masing-masing negara untuk menyelamatkan bumi yang kita huni bersama serta kelangsungan hidup anak cucu kita sebagai generasi penerus dimasa akan datang.
Deklarasi Kelautan Manado (Manado Ocean Declaration) akan menjadi salah satu tonggak sejarah dan dokumen penting untuk kelangsungan planet bumi yang sama-sama kita huni saat ini, sehingga dokument tersebut akan diperjuangkan oleh wakil tetap pemerintah Indonesia di PBB untuk dimasukan dalam agenda resmi dan dibahas dalam Meeting of the States Parties to the United Nations Convention on the Law of the Sea.
Dua hari sebelum disampaikan secara resmi di forum PBB mengenai penyelenggaraan World Ocean Conference (WOC) tanggal 11-15 Mei 2009 di Manado, Sulawesi Utara, Indonesia, delegasi Indonesia yang terdiri dari Departemen Luar Negeri, Departemen Kelautan dan Perikanan, dan Pemerintah Sulawesi Utara, yang dibagi dalam beberapa kelompok kecil secara maraton sudah melakukan pertemuan-pertemuan informal dengan 23 pimpinan delegasi negara-negara peserta Meeting of the States Parties to the United Nations Convention on the Law of the Sea dan para Duta Besar perwakilan tetap di PBB.
Negara-negara tersebut sengaja dipilih oleh Deplu sebagai negara-negara yang berpengaruh di region mereka masing-masing dan memiliki arah kebijakan internasional yang sama dengan Indonesia (like-minded countries). Melalui beberapa negara kunci ini, diharapkan akan mempengaruhi negara-negara lain di region mereka untuk menyampaikan keinginan Indonesia sebagai penggagas idea dan penyelenggara World Ocean Conference (WOC).
Jepang, Korsel, China, Brunei dan Malaysia dipilih untuk dapat mempengaruhi negara-negara lain di Asia Timur dan Asia Tenggara, India untuk negara-negara di Asia Barat, Mesir dan Oman untuk negara-negara di Timur Tengah, Afrika Selatan dan Tanzania untuk negara-negara di Benua Afrika, Jamaica dan Chili untuk negara-negara di America Tengah dan Selatan, Belanda dan Jerman untuk negara-negara tergabung dalam Uni Eropa, selain di lakukan lobby khusus terhadap delegasi USA, Canada, dan Australia.
Strategi komunikasi informal seperti ini dianggap lebih efektif kata Edy Pratomo sebagai ketua delegasi Indonesia. Lebih lanjut beliau katakan misi delegasi Indonesia dalam pertemuan-pertemuan informal seperti ini untuk menjelaskan substansi dan meyakinkan pada mereka, begitu pentinya World Ocean Conference (WOC) bagi umat manusia. Sehingga tidak berlebihan beliau katakan bahwa ini adalah “Diplomasi Manado” terhadap perwakilan negara-negara sahabat di PBB, sebab kita semua harus menjelaskan posisi kota Manado dan melibatkan langsung orang Manado (S.H. Sarundajang, Noldy Tuerah, dan Tony Wagey) dalam misi khusus yang sangat penting ini.
Saya memberikan respek yang tinggi bagi pemerintah provinsi Sulawesi Utara yang sangat serius memperjuangkan untuk suksesnya penyelenggaraan World Ocean Conference (WOC) di Manado, kata Edy Pratomo. Kehadiran Gubernur di forum PBB seperti ini menunjukkan pada masyarakat dunia bahwa pemerintah Indonesia dan Pemerintah Daerah sangat berkomitment menjadi tuan rumah yang baik untuk penyelenggaraan event internasional. Jarang ketemu Gubernur seperti Bapak Sarundajang, yang all out mempromosikan Sulawesi Utara sebagai tempat yang layak untuk penyelenggaraan meeting, incentive, conference, and exhibition (MICE), lanjut beliau bertutur.
Hal serupa dikemukakan oleh Bapak Marty Natalegawa (Duta Besar Tetap Indonesia untuk PBB di New York), saya baru kali ini ketemu seorang pemimpin daerah seperti Bapak Sarundajang yang memperjuangkan issue global seperti World Ocean Conference (WOC), dan turut hadir untuk menyampaikan dalam forum PBB seperti ini.
Pengalaman saya bekerja bertahun-tahun di Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di New York, belum pernah saya melihat seorang Gubernur dari Indonesia ikut hadir secara aktif di forum PBB, kata seorang staf lokal di (PTRI).
Pemerintah Indonesia saat berada pada “the point of no return”, artinya World Ocean Conference (WOC) harus sukses dilaksanakan di Manado, karena sudah di dukung oleh masyarakat dunia melalui perwakilan-perwakilan mereka di PBB, demikian kata Gubernur S. H. Sarundajang. (***)