OFFICIAL BLOG GUBERNUR SARUNDAJANG & WOC'09

SELAMAT DATANG !
Blog ini untuk informasi dan sosialisasi kegiatan Gubernur Sinyo Sarundajang dalam rangka mempromosikan World Ocean Conference (WOC) Mei 2009, di Manado, Sulawesi Utara Indonesia

GUBERNUR SAAT BERBICARA DI GLOBAL OCEAN CONFERENCE HANOI

Jumat, 04 Juli 2008

Sarundajang, Beyond WOC

Oleh : Michael F Umbas

WOC, satu dari sekian percikan gagasan yang menggenangi benak sosok Gubernur Sulut Sarundajang. Ia mengelaborasi gagasan brillian mengajak para pemimpin dunia menyelamatkan bumi dengan sebuah komitmen. Di Manado, sebuah kota kecil pada titik bumi, komitmen itu akan ditanam. Ia yakin, sebuah ide besar tentang penyelamatan bumi dan peradaban bisa lahir di mana saja, termasuk dari sebuah tempat yang jauh dari hiruk-pikuk global.

World Ocean Conference, sebuah konferensi dunia yang akan membahas tuntas masalah kelautan, implikasi pemanasan global, penyelamatan lingkungan dan ekosistem sungguh sebuah perhelatan sosial yang menarik. Iven ini, satu dari sebagian serial pertemuan besar yang menentukan masa depan peradaban bumi. Dampak pemanasan global, telah menjadi isu sentral dunia yang tak putus-putus menebar kekhawatiran terhadap eksistensi bumi. Atas dasar common awarenes itu Sarundajang menawarkan solusi, memberi diri pada universalitas.

Publik dan pemimpin dunia tengah berdiri di lembah kecemasan memandang fenomena perubahan iklim dunia, bumi yang sakit akibat suhu global yang memanas. Fakta bahwa kutub es di antartika mulai mencair dan makin memperbesar volume air laut dunia melahirkan kekuatiran akan terjadi evolusi struktur permukaan bumi. Ketakutan ini sungguh berdasar. Lihat saja aneka bencana yang melanda di sejumlah belahan dunia. Termasuk yang mencengangkan, Tsunami yang melululantahkan Aceh dan negara-negara di jazirah laut hindia.

Fenomena yang terus menerus terjadi ini memunculkan pandangan realistis bahwa memang harus ada langkah penyelamatan bumi. Para aktivis lingkungan dunia pada akhirnya menemukan pembenaran atas dalil mereka tentang dampak pembangunan dan industri yang tidak taat lingkungan, pada akhirnya mengakibatkan kerusakan bumi.

Dari balik ruang kerja di Jl 17 Agustus, Manado, sosok bernama Sinyo Harry Sarundajang menambatkan kekuatiran yang sama. Ia menegasikan sebuah pemikiran; urgensi pertemuan global tentang masa depan laut dan implikasi terhadap pemanasan global. Ya, ¾ bumi adalah laut, dan lautlah yang harus diselamatkan jika kita ingin menyelamatkan bumi dan mahluk hidup yang ada di dalamnya.

Sebersit ide yang membuncah, lalu didiskusikan secara serius hingga terbitlah keberanian untuk melontarkan ide ke pemerintah pusat. Tak berlebihan jika memang menguatnya gagasan Sarundajang mewujudkan pertemuan ini karena pengaruh teori visioner Sam Ratulangi tentang Pasifik. Posisi Sulut yang strategis menghadap pasifik yang kini menjadi penentu arus ekonomi dunia, sebagai Provinsi kepulauan, dimana dari 92 pulau terluar di Indonesia dua ada di Sulut, yakni P.Miangas dan P.Marore yang berbatasan dengan Filipina. Sulut juga dikenal memiliki gunung bawah laut yakni Gunung Mahangetang dan Gunung Sub Marine. Yang paling menarik yakni, posisi Sulut diapit oleh Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II dan III.

Inilah saatnya Sulut mengambil peran karena geostrategi Pasifik yang sulit dielakkan. Semangat itu memantik semangat Sarundajang untuk ‘mementaskan’ Sulut di mata dunia, melalui iven lokal untuk menjawab kepentingan masyarakat global.

Inisiatif lokal, yang kemudian ‘terbang’ ke Istana merdeka lalu disambut hangat oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ide ini kemudian dikemas menjadi label ‘produk’ Indonesia untuk selanjutnya ditawarkan kepada stakeholders international.

Kegigihan Sarundajang memperjuangkan ide WOC sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan dan dampak global warming, tak pelak membuat pemerintah pusat memberi dukungan penuh. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemudian menyetujui dibentuknya panitia nasional WOC dengan menerbitkan SK Presiden No 23 Tahun 2007, tentang panitia nasional penyelenggaraan Konferensi Kelautan Dunia (World Ocean Conference) Tahun 2009Sesudah mendapat ‘endorsement’ RI-1 melalui sebuah Keppres, kini ‘tendangan bola’ berbalik ke Sulut.

Mempersiapkan segala sesuatu menyangkut penyelenggaraan kegiatan dalam waktu terbatas. Dengan sikap optimis, Gubernur Sarundajang menepis sederet gundah sebagian kalangan yang menilai sulit menggelar iven dunia dengan segala keterbatasan infrastruktur.

Semangat untuk mewujudkan ide ini dibuktikan dengan sikap all out menggerakan segala potensi lokal, agar gagasan ini bisa menjadi kenyataan. Betapa tidak, inilah pembuktian kepada khalayak nasional bahwa Sulut bisa menjadi the next Bali dalam hal penyelenggaraan hajatan internasional.

Waktu persiapan yang terbilang singkat , tak menyurutkan langkah pemerintah daerah ditunjang pemerintah pusat untuk bahu membahu menyiapkan segala fasilitas penunjang konferensi yang memiliki tema “Climate Change Impacts To Oceans and The Role of Ocean To Climate Change”
WOC yang akan digelar pada tanggal 11-15 Mei 2009 ini sungguh menarik, karena rencananya dihadiri oleh negara-negara yang memiliki wilayah laut dan pantai, dan ilmuwan, LSM, jurnalis, serta sektor swastaTujuan WOC untuk mencapaikesepakatan internasional dalam pemanfaatan sumberdaya laut bagi kesejahteraan umat manusia.

Lalu, topik bahasan utama yakni dampak perubahan iklim global terhadap Laut (Impacts Of Global Climate Change on Ocean), Keanekaragaman Hayati Kelautan (Marine Mega Biodiversity), Industri dan jasa Kelautan (Maritime Industries & Services), Penanganan Bencana Kelautan (Marine Hazard Mitigations), Laut sebagai masa depan (Ocean As The Next Frontier)

WOC 2009, memang merupakan iven strategis, karena dirancang dengan beberapa skenario, mencakup 5 Tema dalam 5 Sesi Paralel. Tentu, yang paling fenomenal, WOC bakal dihadiri sekitar 2500 hingga 3000 peserta dari 150 Negara. Para peserta ini terdiri dari Kepala Negara, Pengambil kebijakan, Ilmuwan, Sektor Swasta, LSM, Jurnalis, Biro Perjalanan, dan Pemangku Kepentingan lainnya· Untuk iven sekelas ini, pembukaan akan dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian, iven utama dengan 5 Sesi Pleno, 5 Pembicara Tokoh Dunia di Bidang Kelautan.

Yang paling menarik, yakni para keynote speakers yang melibatkan tokoh-tokoh berpengaruh dunia, seperti Presiden Republik Indonesia, Sekretaris Jenderal PBB, Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, Al Gore, Putera Mahkota Kerajaan Belanda, Pangeran Alexander, Perdana Menteri China, Perdana Menteri Australia, Mantan Presiden RI, BJ. Habibie, Mantan Menteri Lingkungan Hidup RI, Emil Salim.

Ada sejumlah hal yang diharapkan sebagai wujud implikasi dari WOC, antara lain munculnya Deklarasi Manado, sebagai the new paradigm sekaligus starting point bagi percepatan pembangunan kelautan di tingkat nasional, regional dan internasional. Indonesia sebagai negara kepulauan dapat menjadi centre point pengelolaan kelautan dunia. Dapat mencarikan jalan keluar bagi penyelesaian berbagai permasalahan kelautan dunia saat ini. Berdampak positif bagi sinergitas kemajuan pembangunan di berbagai bidang untuk Sulawesi Utara khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Wajar jadinya jika Gubernur Sarundajang selalu berujar : kita berada pada the point of no return. Ya, Sesuatu yang spektakuler sedang berada di depan mata. Sederet aral melintang harus dilewati, aneka isu miring harus dijawab dengan kesungguhan bahwasanya ide ini benar-benar murni untuk kemanusian, peradaban, dan kesejahteraan. ***